Lailatul Ijtima’
Bagi Orang NU, menyelenggarakan pertemuan tiap bualan itu biasa. Pertemuan itu dinamakan Lailatul Ijtima’. Lailah artinya malam, dan ijtima’ artinya pertemuan. Artinya sebuah ”pertemuan malam" yang diselenggarakan di setiap bulan. Awalnya ini adalah kebiasaan para kiai yang akhirnya menjadi kebiasaan orang-orang NU atau pengurus NU. Acara ini dimanfaatkan untuk membahas, memecahkan dan mencarikan solusi atas problem organisasi, mulai masalah iuran, menghadapi Ramadlan, Tarawih, menentukan awal Ramadlan, sampai menjalar ke masalah-masalah umat yang berat. Lailatul I jtima’ ini adalat ditemui mulai dari tingkat pengurus ranting (desa), tingkat majelis wakil cabang (kecamatan), tingkat cabang (kabupaten/kota), tingkat wilayah (provinsi), sampai pengurus besar.
Salah satu pembukaan dalam Lailatul I jtima’ ini biasanya adalah pembacaan tahlil yang menjadi ciri khas orang NU, mengirim doa kepada arwah orang tua, para guru, semua kaum muslimin dan muslimat, khususnya para sesepuh pendiri NU yang telah wafat. Pertemuan semacam ini berdasar pada, pertama: Dari riwayat Bukhori, Muslim, Turmudzi, dan Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : "Doa mustajab (dikabulkan) itu ketika berkumpulnya kaum muslimin. Di sebuah riwayat lain disebutkan: Doa mustajab itu ada di majels dzikir dan khataman Al- Qur'an. Demikian seperti dumuat dalam kitab Al-Hisnul Hasin". (Khozinatul Asror, hlm 1 40) Dalil kedua: "Orang-orang mukmin jika menyelenggarakan malam yang khas itu dan mengisinya dengan berbagai kegiatan seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa, hukumnya boleh-boleh saja, tidak makruh. " (Durratun Nasihin, Hlm 204) Dalil ketiga, "Ibadah adalah pekerjaan mukallaf melawan hawa nafsu demi mengagungkan asma Allah. "(At-Ta’rifat lis Sayyid Ali bin Muhammad al-Jurjani, hlm. 128)
Salah satu pembukaan dalam Lailatul I jtima’ ini biasanya adalah pembacaan tahlil yang menjadi ciri khas orang NU, mengirim doa kepada arwah orang tua, para guru, semua kaum muslimin dan muslimat, khususnya para sesepuh pendiri NU yang telah wafat. Pertemuan semacam ini berdasar pada, pertama: Dari riwayat Bukhori, Muslim, Turmudzi, dan Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : "Doa mustajab (dikabulkan) itu ketika berkumpulnya kaum muslimin. Di sebuah riwayat lain disebutkan: Doa mustajab itu ada di majels dzikir dan khataman Al- Qur'an. Demikian seperti dumuat dalam kitab Al-Hisnul Hasin". (Khozinatul Asror, hlm 1 40) Dalil kedua: "Orang-orang mukmin jika menyelenggarakan malam yang khas itu dan mengisinya dengan berbagai kegiatan seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa, hukumnya boleh-boleh saja, tidak makruh. " (Durratun Nasihin, Hlm 204) Dalil ketiga, "Ibadah adalah pekerjaan mukallaf melawan hawa nafsu demi mengagungkan asma Allah. "(At-Ta’rifat lis Sayyid Ali bin Muhammad al-Jurjani, hlm. 128)
Kita juga bisa menjumpai kegiatan rutin Lailatul Ijtima' di Ranting NU Kemantren - Tulangan. Dimana majlis tersebut sudah menjadi agenda wajib bulanan. Dan yang patut dibanggakan adalah NU Ranting Kemantren menjadi satu-satunya Ranting yang mengadakan majlis Lailatul Ijtima' setingkat Wakil Cabang atau Kecamatan, sehingga Ranting NU Kemantren dijadikan barometer untuk ranting-ranting lainnya. Alhamdulillah saat ini sudah ada beberapa ranting yang mengikuti jejak Ranting NU Kemantren.
Untuk pengajian Lailatul Ijtima' bulan Desember ini bertempat di Musholla Al Firdaus, Kemantren Rt.09 Rw.01 yang telah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 25 Desember 2016 kemarin. Acara kali ini dikemas menjadi satu dengan penyerahan piala kepada pemenang Lomba Santri dalam memperingati Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, yang telah dilaksanakan beberapa hari sebelumnya. Dimana acara lomba tersebut telah diorganisir oleh Fatayat NU Ranting Kemantren. Untuk juara umum telah di raih oleh TPQ Baitul hidayah, dan Ketua Pengurus Ta'mir Masjid Al Badar Bapak Nanang Jauhari mendapatkan kehormatan untuk menyerahkan piala bergilir kepada Kepala TPQ Baitul Hidayah yaitu Ustadzah Umi Ma'rifatin.
Dilanjutkan acara tersebut secara tersusun, diawali pembacaan tahlil dan istighoshah yang dibacakan oleh Gerakan Pemuda Ansor Kemantren dengan dipimpin Ustadz M. Zakiyul Umam. Kemudian dilanjutkan pembacaan qalam Al-Qur'an oleh M. Sholeh dilanjutkan sambutan-sambutan dari Ketua Syuriah NU Kemantren bapak H. Abdus Salam, dan ketua pengurus ta'mir Musholla Al Firdaus Ustadz Abdul Wachid.
Memasuki acara inti mauidzoh disampaikan oleh Ustadz Ahmad Sholeh dari Prambon. Tausiah-tausiah yang bermanfaat mengenai maulid Nabi Muhammad SAW, hingga bagaimana kita harus berbakti kepada kedua orang tua. Suasana pengajian menjadi hidup dengan beberapa guyonan sang ustadz. Sampai pada berakhirnya acara demi acara yang di pandu MC M. Ali Mukhlis, pengajian Lailatul Ijtima' berjalan lancar dan sukses. Alhamdulillahi robbil alamiin. [Shomad]
Bagikan
Lailatul Ijtima'
4/
5
Oleh
Unknown